Saturday, December 10, 2011

Sahabat Pergi, Cinta yang Datang, Aku kembali



Saat matahari sudah tinggi,menandakan hari pagi, saatnya untuk beraktifitas kembali,setelah terlelap tidur semalaman pikir lidya saat tengah beranjak dari ranjangnya.
Lidya adalah seorang siswi yang baru lulus SMP dan kini mulai beraktifitas kembali di sekolah yang baru, yaitu SMA, kini ia memulai hari-harinya di sekolah itu. Perasaan senang karna telah lulus dari SMP, namun rasa tak senangnya pada saat ini,ia harus memulai semuanya dengan menjadi junior di sekolah itu. Namun pikirannya terus melayang pada masa depannya,kini ia memilih sekolah favorit di kawasan Jakarta yaitu SMK JAYAWISATA adalah sekolah pariwisata yang popular dikalangan orang  yang gemar pada hal perpariwisataan.
Saat sedang sarapan handphone Lidya berdering, ternyata fika yang menelpone. Fika adalah sahabat Lidya sejak di taman kanak-kanak. “aku udah nunggu kamu di depan” ucap fika,yang ternyata sedang menunggunya di depan rumah Lidya,tak perlu menunggu jawaban apa-apa lagi fika langsung menutup teleponenya.
“bun,aku berangkat ya” ucap Lidya pada bundanya
“iya,hati-hati di jalan nak” jawab sang bunda.

“oke,aku siap,yuk jalan” sambil nyengir lidya tanpa basa-basi memberi aba-aba pada fika,namun tanpa fikir panjang lagi fika langsung menancap gas mobilnya dan menuju SMK JAWIS (julukan untuk sekolah tersebut di kalangan masyarakat luar,juga murid yang bersekolah di sana)

Sesampainya di sekolah mereka langsung memarkir mobil di parkiran. Dan mereka berdua berjalan menuju kelasnya melalui koridor,karna mereka satu kelas,sehingga membuat mereka tak perlu berpisah lagi.
Saat sedang bergurau tak sengaja Fika menabrak sekelompok orang, Fika merasa takut saat tau yang ia tabrak adalah kelompok D’Angel,(geng yang berkuasa di sekolah itu,Dan tidak ada yang berani pada mereka) .
“ma. . ma. .maafkan saya kak,saya gak sengaja” kata fika terbata-bata
“enak saja kamu bilang maaf!!” ucap Rani,ketua dari geng D’Angel
“eh kamu anak kelas 10 kan” tika menimpali perkataan Rani,membuat fika jadi gemetaran.
“lho kak,bukannya teman saya ini sudah minta maaf??” perkataan Lidya membuat Rani menjadi geram.
“oh,kamu temannya?? Saya harap kamu gak usah ikut campur kalau gak mau cari masalah sama kita” jawab fery,yang juga anggota dari D’Angel.
Belum selesai perdebatan mereka, bel tanda masuk sudah di bunyikan  membuat semua orang yang berkumpul memembubarkan diri untuk memasuki ruang kelas masing-masing,termasuk juga geng D’angel,terpaksa mereka beranjak pergi dari Fika juga Lidya,namun sebelum mereka pergi mereka mengatakan “URUSAN KITA BELUM SELESAI” pada keduanya.

Lidya sudah tidak memikirkan hal yang menipannya pagi ini,ia sudah melupakannya, namun berbeda dengan Fika yang masih takut akan ancaman D’angel tadi pagi,sehingga membuatnya tidak konsentrasi pada pelajaran.

Jam istirahat sudah datang, fika merasa malas untuk keluar kelas,
“ka, ayo kita ke kantin, aku laper banget nih” Lidya memohin pada fika agar ia mau menemaninya ke kantin.
“aduh Lid,aku lagi gak laper, dan aku juga males keluar kelas” ucap fika
“ka, kamu itu bukan gak laper, tapi kamuitu takut kan sama orang-orang itu? Ngapain sih kamu takut sama mereka? Udah pokoknya kalau mereka macem-macem sama kamu, aku yang hajar mereka aja” jawab Lidya.
“duh Lidya, ia aku tahu kamu emang jago karate,tapi mereka kan senior di sini.” Fika tetap membantah.
“udah yang penting kita sekarang ke kantin” Lidya menyeret fika, apa boleh buat, fika emang gak bisa apa-apa lagi,karna Lidya emang punya kekuatan yang cukup buat maksa fika mau keluar kelas.

Saat di kantin tampak tak terlihat banyak orang. Fika merasa heran, namun LIdya tampak tak memedulikannya.
Fika iseng bertanya pada ibu kantin “buk,kok kantinnya sepi?”
“lho, adek gak tahu ya, kalau sekarang kan ada pertandingan basket.” Jawab ibu kantin,membuat fika tak mengerti.
“memang apa hubungannya kantin sepi,sama pertandingan basket?” Lidya ikut menimpali.
“kalau ada pertandingan basket, hamper semua murid JAWIS berkumpul di gedung olah raga.
“owh gitu,padahal kan Cuma basket ya Lid? Kok sampek mau-maunya ngumpul desak-desakan di sana” Tanya fika pada Lidya sambil membawa semangkuk bakso dan es the nya.
“kamu Tanya aku, trus aku Tanya saipa?” jawab LIda tak meladeni pertanyaan fika.
“Tanya buk kantin donk, hahahaha” fika menimpali.
“kan di tim basket ada Alex” ibu kantin nyeletuk, membuat fika dan Lidya berhenti makan.
“Alex?????” Fika dan Lidya  bersamaan.
“dia itu cowok terfavorit di JAWIS” jawab ibu kantin
“ciiiiiiieeeeehhhh, ibu tahu cowok juga ya,hahhahahahahahhahahahahaha” kata Lidya membuat guyonan.
“hahaha, si eneng bisa aja,ya tahu lah neng,ibuk juga kan pernah muda” obrolan mereka berhenti saat ada yang datang.
Ibu kantin melayani seseorang yang baru saja datang .

“ boleh duduk disini?” tiba-tiba ucap cowok berpakaian basket pada Lidya dan Fika.
“boleh” jawab Lidya.
Mereka makan bersama, namun tak ada yang saling menegur untuk membuat topic.
Sampai akhirnya Lidya dan fika selesai makan.
“kita dukuan ya..” ucap fika.
“oh iya.”jawabnya.
“eh……………………” cowok itu memanggil Fika dan lidya, namun mereka berdua sudah terlanjur jauh.

Di dalam kelas fika selalu membicarakan cowok yang di kantin itu, ia sudah lupa pada kejadian pagi tadi,”eh lid,cowok akep banget ya?” ucapnya
 Bersemangat.
“kok Cuma gitu sih tanggapanmu?” jawab fika.
“trus mau jawab apa? Aku harus ikut heboh gitu? Ih, sorry ya gak banget deh” kata lidya cuek bebek.
“eh apa jangan-jangan orang itu yang di bilang buk kantin?”
“mana aku tahu…”
“yak an Cuma mau minta pendapatmu aja Lid.”hin kan.
“pendapat aku? Gak penting”
Pembicaraan mereka terhenti saat pak Hadi menegur mereka.
“tuh kan gara-gara kamu sih jadi di marahin kan?” ucap Lidya pada Fika
“tapi emang benerkan dia cakep?”

PLAAAAAKKK……………

aaakkkhhh…..” Fika dan Lidya bersamaan.
“saya sudah katakan, saya sedang menerangkan harap diam” kata guru berkumis tebal itu.

Pelajaran bahasa jepang sudah selesai, murid di kelas X.1 dapat bernafas lega saat pak Hadi meninggalkan kelas.

“eh nanti kita cari tahu tentang kakak itu ya Lid!!” tiba-tiba Fika nyeletuk di belakang Lidya, membuatnya tersentak.
“duh ka, kamu itu bisa gak sih gak ngagetin orang?” jawab Lidya agak emosi.
“lho kok jadi marah gitu sih?”
“ya abisnya kamu ngagetin aku.”
“kenapa kamu kaget?”
“ya, enggak gak kenapa-napa kok. Tiba-tiba aja kamu muncul di belakang, sapa coba yang gak kaget?” terlihat Lidya sepertinya sedikit salah tingkah.
“hayo, kamu mikir apa? Mikirin kakak itu ya?” Fika meledek
“eh ngaco’ kamu.”
“terus kenapa. Kalau bukan mikirin kakak itu?” mendesak
“hah? Kakak? Kakak siapa?”
“itu lho yang tadi ketemu dikantin.” Menjelaskan
“haduh nggak deh, makasih.” Lidya tetap cuek.
“ya udah.”

Tiba-tiba semua teman cewek di kelas fika berhamburan menuju pintu kelas.
Fika yang juga ikut berlari, membuat Lidya dapat menebak apa yang ada di depan kelasnya…..

“waaaaaahhhhhh………..” terdengar suara gemuruh itu di telinga Lidya.
Mendengar itu, Lidya tidak merespon.
“kok diem aja sih?” Fika tetap bersikeras ingin membawa Lidya ke depan pintu kelas.
“hemmm…”
“kok Cuma hemm sih?” membuat Fika tak sabar ingin membawa Lidya ke depan kelasnya.
“emang apa urusannya sama aku?”
“ya ada lah urusannya sama kamu,kan kakak itu nyari kamu.” Jawab Fika.
“ngapain?” Lidya sedikit tersentak.
“aku juga gak tahu, mangkanya, udah ayo keluar kelas.” Paksa Fika.

Di depan kelas cowok itu langsung menjulurkan tangannya kepada Lidya.
Lidya terheran melihat sikap cowok itu.
Karna melamun Lidya tak langsung membalas uluran tangan cowok itu.
“hey??” ucap cowok itu.
Membuat Lidya tersentak.
“oh, ehemmmm, iya” jawab lidya
“salam kenal ya, tadi kan gak sempet kenalan.” Tuturnya lembut
“hah??” membuat Lidya melongo.
“iya tadi kan kita ketemu di kantin tapi gak sempet kenalan.” Jawabnya lagi
“oh gitu” jawab Lidya agak cuek
“aku Alex.” Melepaskan uluran tangannya.
“aku Lidya, udah gak ada yang mau di omongin lagi kan?” tiba-tiba Lidya nyelonong masuk ke dalam kelas lagi, membuatsemua yang ada di sana tercengang, termasuk Alex.
Semuanya pun membubarkan diri, karna ada guru yang datang.
Kecuali Alex.
“why you in here?” Tanya Mrs.sarah pada Alex
“sorry Mrs. I need to Lidya, your student in this class.” Jawab Alex.

“ok, where is Lidya? Please you out.” Tanya Mrs.sarah
Tak menjawab, Lidya langsung menuju keluar kelas.
“Mrs, I want permission” ucap Lidya.
“no problem” jawab Mrs.sarah dengan senyum

Di luar kelas Lidya tampak tak senang dengan kedatangan Alex.
“kok buru-buru masuk kelsa sih?” Tanya Alex
“udah to the point aja.” Jawabnya sinis
“kelihatannya kamu gak senang ya kalau aku di sini?”
“kalau udah gak ada kepetingan mending aku masuk kelas aja,sayang kalau gak ikut mapel Cuma gara-gara ini.” Belum sempat james menjawab,Lidya kembali ke dalam kelas.

Di dalam kelas, Lidya tampak sedikit gelisah. Ia berulang kali menengok ke luar kelas, di sana tampak tak ada tanda-tanda seseorang, pikir Lidya.
Saat itu juga perasaannya menjadi tenang.
Waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 waktunya SMA JAWIS untuk pulang.
Semua pulang, tanpa terkecuali. Namun berbeda dengan kelompok D’Angel, yang akan pergi ke salah satu pusat perbelanjaan yang ada di Jakarta.
Mereka sering kali menghamburkan uang orang tua mereka, karna mereka menganggap orang tua mereka mampu membeli apa saja, terutama Rani, yang ayahnya bekerja di perpajakan, dan ibunya yang memiliki restaurant di kawasan Jakarta.

“eh aku ntar mau beli hp baru, jadi aku mau ambil uang dulu” ucap Rani pada teman-temannya,
“wah, Ran,aku jadi ngiri sama kamu, kamu selalu ganti-ganti hp,hahahhahaha” jawab Cindy.
“ya dong, kita kan harus mode, gak boleh ketinggalan zaman” Rani berbicara seolah, dia harus jadi yang paling mode di antara semuanya.
“yeah, I know that,” jawab Cindy, seolah tak ingin membuat keributan dengan Rani, karna menurutnya Rani sebagai pemimpin dari mereka, bisa melakukan hal yang buruk sekalipun jika ada yang mengajaknya rebut.
“eh ran, ngomong-ngomong bocah tengil yang tadi pagi, dia siapa ya?” celetuk Tika.
“oh iya ya, anak itu siapa ya?” dengan wajah sedikit sinis, dia seolah sedang memikirkan sesuatu.
“aku tadi liat dia.”jawab Fery.
“ya jelas lah kamu liat anak itu, kan dia junior kita, udah jelas juga dia pasti ada di sekolah, jadi gak usah heran kalau kamu ketemu dia.” Cindy menjelas kan.
“bukan-bukan itumaksud aku, aku tadi liat dia lagi ada di gerombolan orang-orang gitu, dia tadi lagi sama james,gila kan tuh anak, masih baru udah berani dketin Alex.” Gaya Fery seperti ingin memanas-manasi Rani, karna Rani menyukai sosok Alex,
“brengsek tuh bocah, liat aja ntar,apa yang bakal aku lakuin kalau berani deketin Alex.”
Rani yang mulai emosi, ia geram pada Lidya. Menurutnya Lidya akan mendekati Alex.
Alex adalah sosok yang menjadi popular di SMA JAWIS, karnanya ia adalah kapten di tim basket SMA JAWIS,selain itu yang orang tua Alex adalah pemilik Rumah Sakit yang berada di Jakarta. Sedang Ibu Alex pemilik Butique ternama di kalangan para designer besar.karna itu Alex juga memilih jurusan tata boga di SMA JAWIS, selain keahliannya pada basket, ia cocok di katakana sebagi master chef di kalangan siswa yang ada di Jakarta, ia sudah menjuarai banyak lomba yang di selenggarakan, salah satunya lomba yang baru saja di selenggarakan di singapura, ia menjuarai lomba tersebut, mungkin dia mempelajari itu semua dari kakeknya yang menjadi chef di sebuah restaurant elite,
Ia memang patut untuk di acungi jempol, namun satu hal yang membuatnya tak di sukai oleh beberapa guru, terutama guru bk, karna sikapnya yang selalu menggap semua enteng, dan semaunya sendiri, dan terkadang tak mau menghargai orang lain.

Rani kaget dan mulai sadar dari lamunannya, karna mereka semua udah sampai di tempat tujuannya.

“kalian duluan aja, aku sama Cindy mau ke kamar kecil dulu” ucap Rani.
“oke deh” jawab Tika dan Fery.

Di dalam mall, Tika dan Fery langsung menghambur untuk shopping, mereka menuju tempat penjualan kaset dan buku.

“aku mau nyari kaset baru”
“ya udah kamu cari aja,aku sih nggak, aku mau nemenin kamu aja, aku mau beli aksesories aja” jawab Tika.
“ok deh”

Tak lama, Fery dan Tika sudah berbelanja, walaupun tidak bersama Rani dan Cindy, mereka seperti terpencar, dan tidak mencari satu sama lain.
Kemudian,semuanya berkumpul di satu restaurant yang ada di mall tersebut.
Rani berjanji akan mentraktir semuanya.
Saat sedang makan, Rani melihat sosok yang di kenalnya, ia melihat Alex bersama Aldo,dan juga Aris (sahabat karib Alex)
“Lex….” Panggil Rani, ia tampak sangat sumringah melihat ada Alex di san, menurutnya itu merupakan keberuntungannya.

“oh no, guys….” Bisik Alex pada Aldo
“hahhaha, derita lo aja deh” jawab Aldo menjailinya,karna Aldo tahu benar sebenarnya Alex sangat tidak menyukai makhluk seperti Rani.
“kalau aku jadi kamu, udah aku pacarin tuh anak, hahahaha” Aris menimpali.
“oh hai Ran,ngapain kamu di sini?” Tanya Alex, basa-basi
“Cuma jalan-jalan aja kok,” jawab Rani kalem.
“oh, ya udah, aku mau cabut duluan ya.” Sambil meninggalkan Rani yang masih berdiri

“Come in guys…….” Alex yang merangkul kedua temannya, tanda member kode untuk cepat meninggalkan tempat itu.

Sampai di parkiran mall, Alex langsung menaiki mobilnya ingin segera pergi.
“Lex, setahu aku, bukannya kamu sama Rani itu udah temenan dari di sd ya?” tiba-tiba Aris mulai topicnya di dalam mobil
“iya emang, tapisiapa sih yang mau deket-deket sama cewek agresif gitu?” jawabnya
“tapi dia kan cantik,tajir, otaknya juga gak bego-bego amat, trus sebenernya kan kamu banyak di sukai sama cewek-cewek. Ya walau kesannya kamu itu playboy, bukannya kamu belum pernah pacaran satu kali pun?” Tanya Aldo yang penasaran dengan pikiran Alex sekarang ini.
“duh kalian itu banyak Tanya ya, gini aja deh, sekarang kita langsung ke rumah ku aja, di sana aku siapin makanan deh, trus aku certain semuanya kekalian.” Alex menawarkan pada ke-dua sahabatnya
“ok deh kalau kayak gitu” Aldo, juga Aris spontan menjawab  bersamaan.
Selama perjalanan menuju rumah Alex, semuanya bernyanyi-nyanyi, lagu kegemaran mereka, “Gotta find you” mereka sering menyanyikan lagu itu.

Memasuki kawasan perumahan indah, di sanalah Alex tinggal.

“yuk masuk, gak usah sungkan-sungkan, hhahahahaha” mempersilahkan semuanya masuk.
“hahahaha, Lex kalau aku itu gak usah di perlakukan seperti itu. Ok. Hahahaha. Ya nggak Ris??” jawab Aldo, sambil menepuk punggung Aris, yang sudah biasa, dan hamper tiap hari berkunjung ke rumah yang mewah ini.

Di dalam,Alex sudah menyiapkan makanan untuk ke-2 sahabatnya itu.
“Lex, aku mau Tanya sama kamu.” Tiba-tiba Aldo menatap Alex seserius mungkin.
“ok aku mau cerita sesuatu sama kalian” Alex membuka cerita lamanya yang gak satu orang pun tahu tentang hal ini, di halaman belakang Alex memulai semuanya.
“jadi gini, dulu sewaktu aku masih kecil aku punya tetangga, dia itu seorang cewek yang paling berarti di hidup aku, aku sering main bareng sama dia, dulu aku itu kelas 2 sd. Tapi dia masih kelas 1 sd, terus suatu saat, ayahnya di pindah tugas kan ke Batam, waktu itu aku bener-bener ngerasa kehilangan banget, tapi dia janji bakal kembali, dan sampai sekarang aku masih nunggu dia. Dan buat kenang-kenangan, aku ngasih cewek itu kalung yang ada liontinnya, isi liontin itu foto aku sama dia, trus dia juga ngasih Sesutu ke aku, dia ngasih kotak music, yang sampai sekarang pun masih aku simpan,dulu aku juga nganggep dia Cuma sebagai sahabat.”
“nama cewek itu siapa Lex?” Aris bertanya pada Alex.
“namanya Cinta” jawab Alex sambil menerawang masa lalunya.
“terus kamu tahu di mana dia sekarang?” Tanya Aris lagi
“aku gak tahu dimana dia sekarang, tapi yang jelas dia udah janji sama aku, kalau dia bakal balik lagi ke Jakarta,dan dia juga bakal nyari aku.” Jawab Alex bersemangat.
“kamu gak punya nomer teleponnya?” Tanya Aldo
“aku dulu gak pernah kepikiran kesitu.”
“jadi itu sebabnya kamu gak pernah mau pacaran?” Aldo kembali bertanya
“iya” jawab Alex

Setelah lama bercerita tentang masa lalu Alex, mereka semua kembali pada kebiasaannya, setelah puas makan mereka main musik,
Hingga menjelang petang, barulah Aldo dan Aris pulang.

Lidya, sedang duduk sendiri di jendela kamarnya, melihat banyaknya bintang di langit, seperti sedang memikirkan sesuatu.
Saat sedang asyik memperhatikan bintang, Lidya di panggil oleh bundanya
“Lidya cepat turun dulu nak, kita sarapan.” Ucap bundanya
“iya bun aku turun” jawab Lidya

Ketika di meja makan, Lidya tampak sedikit murung.
“kamu kenapa Lid?” Tanya bundanya merasa ada yang tak sama pada Lidya.
“oh, nggak kok bun aku gak ada apa-apa”jawab Lidya
“kalau kamu ada masalah, lebih baik kamu ceritakan saja.” Ayah Lidya menasihati.
“iya yah.”
“oh ya Lid, kamu masih ingat gak sama tante Rena,sama om Kurnia?” ayah Lidya memulai percakapan di ruang makan.
“oh iyalah yah, aku inget banget, ngomong-ngomong mereka sekarang ada di mana ya yah?” Tanya Lidya tampak antusias.
“besok kamu ikut aja ya,ayah sama bunda, di ajak makan siang di restaurant, karna kita memang baru bertemu kemaren lusa semenjak kepindahan kita ke sini lagi.” Jawab ayahnya.
“anaknnya tante Rena sama Om Kurnia ikut juga gak ya yah?” Tanya Lidya.
“oh Ricard ya?” Ayah Lidya kembali bertanya.
“iya, aku pengen banget ketemu sama Ricard, udah 9 tahun gak pernah ketemu lagi.” Lidya menjelaskan
“ayah juga gak tahu.” Jawab ayahnya.
Lidya tampak sedikit kecewa dengan jawaban ayahnya.

Setelah makan malam, Lidya kembali ke kamarnya.
Di kamarnya, ia tampak memikirkan sesuatu.

Gimana kabar dia ya, apa dia masih inget aku, atu udah lupa?
Mudah mudahan besok, dia ikut juga gak ya?
Pikir Lidya.
Tak lama kemudian, ia tertidur hingga esok harinya ia bangun pagi.
Di sekolah Lidya dan Fika di hadang dengan geng D’Angel.
“aku kemaren kan udah bilang kalau urusn kita belum selesai.”
“tapi kita kan udah minta maaf” jawab Lidya.
“kalian fikir Cuma minta maaf bisa ngembalikan semuanya?” jawab Rani.
“dari pada hrus ngeladenin mk mereka, mending kita langsung ke kelas aja yuk ka.” Lidya yang tak mau berurusan dengan Rani dan teman-temannya, menarik tangan Fika untk menuju kelasnya.
Tiba-tiba Rani langsung menjambak rambut Lidya,dan berkata “ kalian fikir bisa kabur gtu aja?” Rani orang yang sangat berlagak, dan sok berkuasa.
Karna Lidya yang dianggap memiliki postur tidak setinggi Rani,Cindy,Fery,dan Tika yang menjadi anggota dari D’angel.
Namun tanpa di sangka Rani, Lidya langsung meninju wajah Rani, hingga Rani terjatuh, dan di lihat oleh banyak orang yang melewati koridor kelas X.
Tanpa di sangka-sangka ternyata Lidya adalah sang juara karate nasional,dan sudah mendapat mendali dari beberapa Negara.
Cindy yang tercengang meihat itu, langsung menolong Rani, dan meninggalkan Lidya dan Fika, bersama teman-temannya yang lain.

“Lid, nanti kalau mereka ngelapor sama guru gimana?” Tanya Fika yang takut hal ini menjadi masalah.
“udah tenang aja, mereka ga bakal ganggu kita lagi,dan gk bakal berani ngelapor sama guru” jawab Lidya sambil tersenyum puas.
“aku gak mau ikut-ikut pokoknya kalau sampai ada masalah dengan guru” ucap Fika,
Namun Lidya tak menghiraukannya,
sepertinya Lidya saat ini sedang senang sekali. Pikir Fika,namun karna Lidya tak menceritakannya, Fika pun tak mau menanyakannya.

Waktu berlalu sangat cepat,bel pulang sudah berbunyi.
Lidya bergegas pulang.

Sesampainya di rumah, Lidya langsung memilih baju yang sangat pantas untuk dikenakannya saat makan siang nanti.
Kemudian ia memilih gaun merah yang di design oleh bundanya sendiri saat acara ultahnya bulan lalu.
“bun, aku bagus gak pake kayak gini?” Tanya Lidya pada bundanya,yang sangat modis dalam berpakaian dan berdandan.
“kamu cantik Lid pake baju itu, tapi ada yang kurang.” Ucap bundanya.
Lidya mengernnyit kan matanya “apa yang kurang bun?” tanyany.
“cepat kamu duduk di sini” jawab bundanya.

Tak lama, Lidya sudah di dandani oleh bundanya.
Lidya tampak sangat cantik.

Setelah semua siap, semuanya pergi menuju restaurant yang sudah di pesan. Sesampainya di restaurant, orangtua Lidya melambaikan tangan pada seseorang, yang ternyata itu adalah tante Rena dan om Kurni,
Namun Lidya tak melihat sosok yang dia harapkan.
Lidya dan orangtuanya menuju tempat duduk yang sudah disediakan.
“gimana, apa kabar kalian semua?” Tanya tante Rena dengan senyumnya yang manis,
“ kita baik semua.” Jawab Bunda Lidya
“Lho Ricard gak ikut?” Tanya Ayah Lidya.
“oh iya Ricard katanya mau nyusul, dia pasti dating kok.” Jawab Om Kurnia.
“ini Cinta ya?” Tanya tante Rena sambil memegang tangan Lidya.
“iya tante.” Jawab Lidya tampak tersenyum tipis.
“wah kamu sudah besar ya.” Om Kurnia menimpali.
“bukan pa, Cinta ini tambah cantik.” Tante Rena menambahkan.
Semuanya tertawa, merasa senang, namun Lidya hanya tersenyum, ia masih mencari sosok yang ia tunggu-tunggu.
“tante saya mau ijin ke kamar kecil dulu ya.” Ucap Lidya.

Di kamar kecil ia mengeluarkan benda berantai, yaitu kalung yang berliontin.
Dan ia memikirkan, nama kecilnya di sebut kembali oleh orang lama yang baru bertemu lagi saat ini, yaitu Cinta, itu nama panggilannya semasa kecil karena nama kengkap Lidya adalah Cinta Lidya Rosalia.
Kemdian ia memakai kalung yang ia simpan selama ini.

Saat ia kembali ke tempat duduknya, ia kaget dan merasa gugup karena ia melihat sosok orang yang ia harapkan dari tadi, meski baru melihat punggungnya saja, Lidya sudah yakin itu adalah Ricard,orang ia tunggu-tunggu.

Kemudian ia duduk di depan lelaki itu dengan menundukkan wajahnya.
“Cinta?” lelaki itu memanggilnya.
Lidya kemudian melihat wajah lelaki itu.
Lidya terkejut melihat lelaki itu, ternyata lelaki yang ia tunggu selama ini sangat dekat dengannya.
“Alex?” Tanya Lidya.
“kamu Lidya kan?” Alex kembal bertanya pada Lidya.
“jadi kamu adalah Ricard,yang aku kenal dulu?” Tanya Lidya
“iya, dan kamu adalah Cinta yang sudah berani nonjok Rani, ketua dari D’Angel?” jawab Alex.
“tapi kenapa kamu di panggil Alex di sekolah?” Tanya Lidya
“kan nama lengkap ku, Antoni Alexandro Ricardo, trus kamu sendiri, kok gak di panggil Cinta di sekolah? Dan aku selama ini juga gak pernah liat kamu pake kalung itu.” Jawab Alex.
“nama lengkap ku itu Cinta Lidya Rosalia, dan aku gak mau pake kalung ini soalnya, aku mau pake kalung ini kalau aku udah ketemu lagi sama orang yang ngasih ini ke aku.” Jawabnya.
“jadi kalian sudah sering ketemu tapi gak tahu sama wajah satu sama lain?” bunda Lidya memotong pembicaraan mereka,
“iya Bun, ternyata selama ini Ricard itu senior aku di sekolah.” Ucap Lidya sambil tersenyum pada Alex.
“kenapa kalian hanya berdiam di sini?, apa kalian tidak ingin berjalan-jalan keluar, setelah lama kalian tidak bertemu?” ucap Om Kurnia, ayah Alex.
“tentu” jawab Alex dengan menggandeng tangan Lidya.

Mereka berdua kemudian pergi meninggalkan restaurant untuk berkeliling kota Jakarta, setelah 9 tahun tidak bertemu.
Lalu Alex mengajak Lidya ke suatu tempat yang tidak asing bagi Lidya, namun tempat itu sudah lama sekali tidak di kunjungi olehnya.
“jadi kamu masih ingat tempat ini ya?” Tanya Lidya
“jelas lah, aku masih ingat, asal kamu tahu ya, aku hamper setiap hari pergi kesini, kamu aja yang gak pernah mau datang ke sini, padahal kamu udah balik ke Jakarta, tapi kamu gak nyari aku, iya kan?” jawab Alex.
“enak saja kamu bilang aku gak nyari kamu, asal kamu tahu juga ya, alasan aku mau sekolah di Jawis, itu karna aku tahu kamu juga sekolah di sana, setiap hari aku memperhatikan setiap murid di sana, tapi aku gak nemui yang namanya Ricard, trus mungkin aku fikir kamu sudah pindah sekolah. Terus, waktu aku masih serus sama pencarian aku, Rani,Cindy,Fery, dan Tika, jadi engganggu, dim au nyari masalah sama aku sama Fika, sehari, dua hari, aku biarin, dan ternyata sampai kemarin dia masih juga ganggu aku, untung aja aku udah pengalaman karate.” Ucap Lidya, dan tanpa di sadarinya, Alex sangat memperhatikannya.
“aku belum pernah liat kamu dandan secantik ini di sekolah,kenapa?”
“hah?, huuuuh,Alex kamu dengerin cerita aku gak sih?” Lidya yang jadi salah tingkah, memukuli Alex, hingga Alex kesakitan.
“lho, kamu kok marah? Iya aku dengerin kamu lah, tapi aku liat-liat kamu beda banget sekarng.” Jawab Alex, menggoda Lidya.
“terus kalau aku beda emang kenapa, kamu ngerasa rugi gitu?” Tanya Lidya.
“bukan lah, justru aku ngerasa untung, CInta aku sekarang udah segede ini, trus tambah cantik, tapi kalau makan es krim masih suka belepotan gak ya, hahahahaha” Alex menyodorkan es krim coklat kesukaan Lidya, kemudian semuanya tertawa.

Mereka berdua kemudian duduk dengan melihat pemandangan di bukit yang tak jauh dari kota, dan dapat melihat pemandangan kota dari atas situ, dengan di temani es krim.

Saat sedang asik mengobrol, mereka baru sadar sudah seharian mereka berada di sana, hari mulai gelap, keduanya pulang, dan Alex mengantar kan Lidya pulang.
“besok aku yang jemput kamu ya.” Alex menawarkan diri pada Lidya.
“aku bukannya ingin menolak ajakanmu, tapi aku sudah terlanjur janji pada fika.” Lidya yang tampak gelisah dengan tawaran Alex, Alex pun langsung memutuskan untuk tidak jadi mengajak Lidya.
“oh kalau begitu bukan jadi masalah” jawabnya tenang
“mungkin bisa lain waktu” Lidya pun meninggalkan Alex di depan rumahnya, dan melambaikan tangan.

Tanpa di sangka ternyata dia adalah orang yang tak terduga,bagaimana bisa dunia ini begitu terasa sempit.
Padahal aku sangat tidak menyukai orang yang senang pada kepopuleran, tapi apa mungkin esok hari akan berjalan dengan seperti yang ku harapkan?
Ternyata semua juga berjalan begitu cepat,aku jadi ingat dulu, Alex selalu membantu ku saat aku di kejar anjing tetangga,
Lidya terus menerawang jauh ke masa lalunya.
Hingga ia tertidur………….

*seperti biasa setiap pagi sarapan, dan tak ada kondisi yang membedakan, tapi secara fisik memang tidak ada yang membedakan, yang membedakan hanya pada diri Lidya.
Lidya merasa dirinya sangat baik.
Dan seperti biasa pula Lidya berangkat ke sekolah bersama Fika

Sesampai di sekolah ia berpapasan dengan Alex, nampaknya Lidya merasa lebih canggung, mungkin karena ada Fika.
“ aku mau kamu besok lusa bisa datang ke acara opening gallery sekolah dengan ku” Alex memberi surat undangan cuple
“emmm, iya terimakasih aku pasti datang” kemudian Lidya kembali menyusuri koridor bersama Fika
Saat di dalam kelas Fika langsung mengintrogasi Lidya.
“lho bakannya kemarin kamu justru gak suka ya sama Alex,tapi sekarang kok jadi deket gitu?”
“hahaha,ok aku certain semuanya sama kamu”
Lidya mulai menceritakan semuanya pada Fika, mulai dari masa kecilnya, hingga pertemuannya lagi dengan Alex
“ternyata semua tanpa diduga, orang yang awalnya kamu benci, tapi sekarang justru jadi pangeran kamu, hhahahaa” ujar Fika sembari melepas tawa
“siapa bilang dia bakal jadi pangeran aku?” Lidya yang memasang tampang masam justru Fika meledeknya.

Semua berjalan lancer, tanpa gangguan, pikir Lidya.
Aku harus segera pulang karena ada tugas yang harus segera di selesaikan.
Semsampai di rumah, Lidya langsung menuju kamarnya, dan menyusuri anak tangga.
Tak berapa lama ia keluar sudah berpakaian kaos, dan celana jeans se lutut.
Di meja makan, ia makan dengan biasa saja
Setelah selesai makan Lidya kembali ke kamarnya, mulai membuka computer yang terpasang di kamarnya, lengkap dengan modem yang telah sengaja di sediakan.
Tak terasa hari sudah mulai gelap, Lidya sudah merasa lelah, Lidya berbaring di kasurnya, menatap langit-langit yang putih bersih, dan hanya tertempel bintang-bintang dari kertas gold.
Lidya tertidur dengan buku-buku yang msih berserserakan.

Pagi sudah datang kembali ternyata, dan ini semua terasa lebih cepat.
Setelah seleai sarapan ia bergegas menuju teras rumahnya.
Tiba-tiba saja Lidya merasa sangat berat, dan tidak tahu apa yang terjadi.

Lidya tersadar dari pingsannya. Lidya merasa aneh dengan sekelilingnya.
Tampak lebih putih, dan tapi ia merasa ini bukan  kamarnya yang biasanya.
Bunda Lidya kemudian menghampiri anaknya, di sana pun terlihat ada Fika berdiri di sampingnya
Semua tampak cemas.
Lidya bertanya pada sang bunda,” bun, Lidya kenapa?, kenapa Lidya di sini?” karna saat itu Lidya sudah sadar, ia berada di kamar rumah sakit.
“lebih baik kamu istirahat saja dulu, jangan banyak bergerak karena kesehatanmu belum stabil” ayah Lidya dengan sabar membujuk Lidya tak banyak membuat gerakan

Saat semua sudah tenang, dokter datang dan meminta orang tua Lidya untuk menuju ruang  dokter.
“Orang tua atas nama Lidya bisa menemui saya di ruangan, karena ada yang harus saya bicarakan” bunda Lidya merasa gelisah, namun ia tetap berdoa agar tak akan terjadi ha yang buruk

Di ruangan dokter
“saya harap ibu dan bapak dapat menerima ini semua, dan tabah untuk mendengarnya”
Ucap dokter itu.
“memangnya ada apa dok, anak saya tidak apa-apa kan?” Bunda Lidya meneteskan air matanya, karena takut ada hal yang buruk terjadi pada anaknya.
“anak ibu terkena tumor otak stadium akhir”
Tangis orang tua Lidya tak dapat di pungkiri lagi.
“tapi bukankah selama ini anak saya baik-baik saja dok?”
“mungkin anak ibu yang merasakannya, namun ia bisa saja selama ini diam, dan menahan rasa sakitnya.”dokter itu menjelaskan.
“baiklah kalau begitu saya akan membayar berapapun uangnya, agar anak saya bisa sembuh dok.”
“saya mohon maaf bu, saya saat ini sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi,tapi mungkin besok anak ibu bisa di operasi oleh dokter ahli yang akan datang, dan sekarang kiuta semua hanya bisa menunggu,dan tapi saya juga tidak dapat memastikan keberhasilan dari oprasi tersebut, kemungkinan hanya 40% saja anak ibu bisa melalui oprasi itu dengan selamat”
“ayah Lidya pun mengajak istrinya kembali menuju kamara Lidya

Kemudian semuanya berkumpul di kamar Lidya
Orang tua Lidya merasa berat untuk mengatakan semuanya, namun apa boleh buat, Lidya memang harus mengetahuinya.
Lalu ayah Lidya menceritakan semuanya.
Lidya pun menangis tak bisa berbuat apa-apa.
Fika menangis di sebelah Lidya.

Orang tua Lidya kemudian berpamitan, akan pulang,karena harus mengambil  baju Lidya.

“aku mau kamu jangan bilang ini semua pada Alex” Lidya meminta pada Fika
“tapi kenapa?, bukannya seharusnya kamu harus mengatakannya pada Alex?” Fika tampak tak mengerti dengan ucapan Lidya
“aku Cuma gak mau nanti dia khawatir dengan ini semua” Lidya merasa Alex tak perlu tahu tentang ini semua.
“tapi justru kamu harus merasa lebih kasihan padanya, jika ia tahu tapi semuanya sudah terlambat.” Fika member pengertian pada Lidya.
“bisa, tolong ambilkan kertas juga pena yang ada di atas meja?” Fika menuruti keinginan sahabatnya.
Lidya mulai menuliskan sesuatu pada kertas itu.
Dan kemudian ia meilipatnya.
“tolong jika nanti pada saat acara opening gallery sekolah aku belum bisa datang, berikan ini pada Alex, dan katakana maaf ku buat dia” Lidya meneteskan air matanya lagi,dan Fika jadi merasa iba pada sahabatnya, dan tak bisa lagi berkata apa-apa.
Esok harinya, Fika pergi kesekolah, namun ia tidak pergi dengan Lidya, karena Lidya masih tertidur di kamar rumah sakit.

Saat jam istirahat, Alex menghampiri Fika di kelas.
“dari tadi pagi aku gak ngeliat Lidya, kemana dia?, bukannya kalian sering jalan bersama?”
“dia lagi gak masuk sekolah, katanya, lagi gak enak badan, jadi istirahat”
“tapi dia gak papa kan?, yaudah kalau gitu, salam buat Lidya ya, bye” Alex langsung menghambur keluar kelas Fika
Di saat itu juga Fika merasa bersalah pada Alex, karena sesungguhnya, Lidya saat ini sedang menjalani oprasinya.

Sepulang sekolah, Fika tak menuju ke rumahnya, ia pergi ke rumah sakit, tempat Lidya dirawat.
Sampai di rumah sakit, ia hanya melihat kedua orangtua Lidya yang duduk termenung di kursu depan kamar Lidya.
“tante, bagaimana keadaan Lidya?”
“dia sedang mendapat perawatan dari dokter, karena dokter ahlinya belum datang, mungkin sekitar 15nmenit lagi baru bisa datang.”
“saya di sini juga ikut mendoakan Lidya tante.” Fika merangkul bunda Lidya,merasa sangat khawatir,
Sesaat kemudian, dokter yang di tunggu datang, dan langsung menuju kamar Lidya.
Semuanya tetap menunggu di ruangmtunggu.
Dengan perasaan cemas.
Fika melihat jam di tangannya, sudah menunjukkan pukul 5 sore.
Fika teringat sesuatu.
Opening gallery sudah di mulai, mungkin ini sudah waktunya Alex tahu semuanya.
“tante, saya mau izin dulu yan tante, nanti saya akan kembali lagi” Fika langsung menuju keluar rumah sakit.

Fika sampai di depan gerbang sekolah, yang sudah banyak keramaian.
Di sana juga tampak Alex sedang berdiri.
Tak menunggu lama lagi, fika menghampiri Alex.
“kalau kamu mau tahu apa yang sudah terjadi, cepat baca surat ini” ucap Fika, dan ia langsung pergi.
Tak menunggu lama Alex membaca surat yang di beri Fika.

Alex.
 Maaf sebelumnya,aku Cuma gak mau kamu khawatir sama keadaan aku.
Aku di sini baik-baik aja.
Give your smile for me, kalau ada hal yang gak di inginkan terjadi sama aku.
Aku Cuma mau ngungkapin perasaan aku sama kamu selama ini, kalau aku sebenernya saying kamu.
Dokter bilang aku kena tumor atak, dan mungkin umur aku udah gak panjang,
You’r my inspiration selama ini
Jangan pernah lupain aku.
Dan aku juga minta maaf, gak bisa nemenin kamu di acara opening ini.
Salam manis aku buat kamu.

Lidya “J

Saat setelah mebaca surat itu Alex bergegas menuju Rumah sakit,
Namun saat itu juga ada yang menepuk punggungnya.
Alex menoleh.
“Lidya, kamu ada di sini.” Alex merasa sangat senang, namun ia tampak heran karena melihat Lidya yang berpakaian pasien rumah sakit.
“kamu sehatkan? Apa yang ada di surat ini hanya bohong kan?” Alex melihat Lidya yang pucat.
Lidya hanya terdiam, dan member senyum pada Alex.
“kenapa kamu gak bilang sama aku, kalau kamu sakit, tapi kamu sekarang ada di sini, itu tandanya kamu udah sembuh kan?”
“iya Lex, aku gak papa kok, aku datang ke sini Cuma mau bilang maaf, karna aku telat datang dan gak bisa lama-lama ada di sini, aku harus cepat kembali,dan aku juga mau kamu simpan kalung ini baik-baik ya” Alex menerima semua ucapan Lidya
“apa kamu kabur dari rumah sakit?” ucap Alex.
“tidak, aku tidak kabur, aku Cuma mau memastikan kamu baik-baik di sini”
“aku pasti baik-baik aja, gak ada yang perlu di hawatirkan di sini”
Lidya hanya membalas dengan senyum. “berakhir sudah” ucap Lidya lirih

Saat itu juga, hp Alex berdering.
“sebentar aku angkat telpone dulu ya.”

Ternyata yang menelepone Fika
“ada apa Fik?”
“kenapa kamu gak cepet datang ke sini?” terdengar Fika yang menangis
“memang ada apa?” Alex yang tidak mengerti ucapan Fika
“Lidya pergi, dia udah gak ada untuk selamanya.” Tangis Fika tak dapat di tahan lagi.
“kamu jangan bicara macam-macam, karana Lidya lagi sama aku”
“kamu yang jangan mengigau, Lidya meninggal, karna gagal oprasi,dan sekarang jasadnya ada di depan mata aku.”
Fika langsung menutup teleponenya.

Apa yang terjadi, pikir Alex.
“Lidya, Fika kenapa sih?” saat tengah menengok pada Lidya, Alex tak menemukan sosok yang ia kenal lagi, ia mencari dan memanggil Lidya.

Karena memikirkan kata-kata Fika, Alex menuju rumah sakit, di perjalanan, ia masih tak bisa berfikir, bagaimana bisa Lidya memberi kalung ini, sedangkan fika menlpone da berkata seperti itu.
Apa mungkin ini semua hanya sandiwara.
Alex terus meningkatkan kecepatan mobilnya.

di rumah sakit, Alex melihat seorang yang sangat ia kenal sedang menangis tersedu-sedu.
Orangtua Lidya, dan juga Fika, semua menangis.
Alex memastikan apa yang terjadi, dan masuk ke dalam ruangan,di sana terlihat seseorang yang telah di tutupi semua tubuhnya sehingga tak dapat dilihat wajahnya.
Kemudian Alex membuka,untuk memastikan siapa yang di dalamnya.
“tidak, ini tidak mungkin kan?”
Hanya terdengar isak tangis yang menjadi jawaban atas semua pertanyaan Alex.
Lidya meninggal, dan menjadikan semua kenangan yang tak akan bisa terulang.

Keesokan harinya, semua orang menuju pemakaman Lidya,teman di sekolah, termasuk juga Rani,Cindy,Tika dan Ferry.
Dan terlihat juga Alex dan Fika yang sangat terpukul atas kepergian Lidya.


Kini semua belum berakhir, aku harus bisa terus melanjutkan hidup ini, karena walau bagaimana pun juga, dia tetap ada, dan takkan pernah mati di hati kita semua,
Tetap jalani hidup, walau hati ini tetap sedih atas kepergiannya, namun ku yakin hatinya masih tetap bersama.